Senin, 09 Februari 2009

Ibarat Cinta pada Pandangan Pertama

Ibarat cinta pada pandangan pertama. Demikian kedekatan antara petinju M Rachman dengan M Yunus yang pelatih tinju di Akas BC Probolinggo. Dia mengisahkan, sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu, dia mulai menyukai Rachman saat petinju itu bertanding di sebuah kota di Jawa Tengah.<>

Seketika itu pula, Yunus terpikat dengan Rachman. Gaya bertinju Rachman dinilainya memungkinkan putra Merauke itu menjadi juara dunia.

"Rachman bertinju dengan gaya counter-fight. Ia terus-menerus menekan lawan tapi tidak menyerang," kenang Yunus, Selasa, di Merauke.

Saat itu, Yunus tidak berani langsung "meminang" Rachman untuk dijadikan petinju asuhannya. Alasannya, Rachman ketika itu masih terikat pada sasana lain. Yunus rupanya merasa tidak etis mengajak Rachman bergabung dengan Akas BC saat petinju yang kini berusia 33 tahun itu masih bernaung di bawah sasana lain.

Seiring perjalanan waktu, Yunus memberanikan diri mengajak Rachman bergabung. "Saya bilang sama dia untuk secepat mungkin memberi keputusan. Saya mengingatkan dia bahwa usia terus menggerogoti dirinya. Kalau terlalu lama, dia tidak bisa menjadi juara dunia," papar Yunus.

Selang tiga bulan setelah Yunus meminang Rachman, jawaban baru datang. Rachman bersedia bergabung dengan Akas BC. Sejak itu, Yunus melatih Rachman secara intensif. Ia tidak ingin janjinya untuk menjadikan Rachman juara dunia pupus sebagai janji kosong.

Yunus menceritakan, Rachman cerdas. Ia menyerap semua instruksi dan saran pelatih dengan begitu baik.

"Tidak semua petinju seperti Rachman, lho. Ada petinju yang bagus tapi tidak cerdas. Sampai-sampai membuat tanda tangan saja tidak bisa. Untuk petinju yang seperti ini, saya menggunakan cara melatih yang berbeda. Saya lebih memilih memompa habis-habisan semangat petinju yang tidak cerdas agar dia mau terus berlatih," kata Yunus.

Dalam dunia tinju, menurut Yunus, ada beberapa metode latihan. Ada pelatih yang memilih untuk membentuk dasar-dasar bertinju asuhannya. Sebagian pelatih tinju di Indonesia menerapkan cara ini.

Menurut Yunus, pembentukkan dasar-dasar bertinju juga diterapkan secara umum di Kuba, tanah kelahiran petinju-petinju dunia. Di sasana-sasana yang besar di Kuba, petinju dikumpulkan dan mereka berlatih bersama melakukan jenis-jenis pukulan, seperti jab, secara benar.

Yunus mengaku bukan tipe pelatih yang memilih membentuk dasar-dasar bertinju. "Saya akan membiarkan gaya bertinju yang sudah dimiliki petinju saya. Justru dengan cara itu, petinju akan bisa berkembang dengan baik," ucapnya.

Menurut Yunus, ia adalah tipe pelatih yang lebih memilih untuk mengubah karakter petinju. "Saat Mike Tyson pertama bertinju, ia tidak diajari secara khusus dasar-dasar bertinju oleh pelatihnya. Tyson, yang berasal dari jalanan, justru diajari cara makan yang baik. Ia dimotivasi bahwa dirinya adalah juara dunia sehingga harus bisa makan dengan baik dan sopan," paparnya.

Bertahun-tahun melatih Rachman membuat hubungan Yunus dengan petinju itu begitu dekat. Yunus mengetahui persis apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan Rachman. Sebaliknya, Rachman mengetahui persis tujuan dan metode latihan yang dipakai Yunus.

Kedekatan yang dibangun selama bertahun-tahun antara petinju dan pelatih ini, menurut Yunus, yang kemudian tidak bisa diputuskan begitu saja.

"Hubungan antara petinju dan pelatih tak ubahnya mur dan baut," jelas Yunus.

Karena itu, Yunus mengaku termasuk orang yang tidak setuju dengan sistem pembinaan tinju terpusat.

"Saat menjelang PON, para petinju biasanya dikumpulkan, lalu dilatih oleh orang yang bukan pelatih mereka sejak awal. Saya tidak setuju dengan sistem ini karena justru akan merusak petinju," tegas Yunus.

Hubungan "asmara" terkadang harus putus di tengah jalan. Demikian pula hubungan antara pelatih dan petinju. Bagaimana hubungan antara Yunus dan Rachman pada masa mendatang? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar